“Nyanyian ziarah. Aku melayangkan
mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku
ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”
Maz
121:1-2
Setelah menempatkan Hanani sebagai
pengawas di Yerusalem, selanjutnya Nehemia mulai memperhatikan keadaan di dalam
benteng. Nehemia memperhatikan bahwa di dalam kota tersebut masih dalam keadaan
“kacau”. Rumah-rumah
belum dibangun dan penduduk terlihat sedikit dibandingkan dengan Yerusalem yang
begitu luas. Bagaimana Nehemia menghadapi situasi seperti ini? Ayat yang kelima
menuliskan bahwa Allah menolong Nehemia dengan menggerakan hatinya untuk
membuat rencana mengumpulkan para pemuka, para pengusaha dan rakyat yang baru
kembali dari pembuangan, lalu menghitungnya berdasarkan daftar silsilah. Jumlah
orang yang kembali menurut catatan Nehemia adalah 31.089 orang. Tentu rencana
ini merupakan tindakan yang sangat penting untuk mengambil langkah-langkah ke
depan di dalam mengatur jabatan kepemimpinan di Bait Allah, juga untuk
pembangunan kembali kota Yerusalem.
Dalam kisah ini kita melihat bahwa pertolongan TUHAN kepada Nehemia tidak
pernah berhenti. Setelah mencapai titik puncak keberhasilannya, TUHAN tetap menyertai
Nehemia, dan terus memberikan pertolongan-Nya. Saat-saat dimana Nehemia perlu
membuat rencana dan keputusan-keputusan penting, TUHAN menolongnya dengan
memberikan hikmat kepadanya.
Ada satu pertanyaan yang sangat serius, pertanyaan yang sangat penting,
karena jawaban dari pertanyaan ini menjadi dasar di dalam kita menjalani
kehidupan kekristenan kita. Oleh sebab itu sebelum menjawabnya kita harus
memikirkannya dalam-dalam, di sini diperlukan kejujuran, ketulusan dan
kesungguhan hati. Pertanyaan tersebut
adalah: “Siapakah yang menjadi sumber pertolongan kita?” Kepada siapa kita
sungguh-sungguh menggantungkan hidup kita?
Apakah TUHAN satu-satunya sumber pertolongan kita? Atau yang
lainnya seperti uang, harta, jabatan, kekuasaan. Beranikah kita menjawab
seperti sang pemazmur: “Pertolonganku dari TUHAN yang menjadikan langit dan
bumi.” Jika jawaban kita adalah “YA”. Benarkah TUHAN sudah menjadi Pribadi
satu-satunya yang kita andalkan? Mari kita kembali mengambil komitmen hari ini
untuk sungguh-sungguh mengandalkan TUHAN di dalam kita menjalani kehidupan ini.
Tuhan memberkati.