Friday, 18 April 2014

Bebas Dari Tiang Gantungan

Bilal dengan mata yang ditutup kain dibawa ke alun-alun kota di Teheran (Iran) untuk menjalani eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan kepadanya dalam kasus ini. Dia pun sudah berdiri di atas kursi di bawah tiang gantungan, tali sudah pula melingkari lehernya. Beberapa detik sebelum kursi yang mengganjal kakinya "ditendang", secara dramatis seorang wanita yang bernama Samereh Alinejad membatalkan hukuman gantung tersebut. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Peristiwa ini dimulai tahun 2007 dimana Bilal berkelahi dengan Abdollah Hooseinzadeh, dan Bilal menewaskan Abdollah Hooseinzadeh. Bilal dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menerima hukuman gantung. Selama tujuh tahun ini Samereh yang merupakan ibu dari Abdollah Hooseinzadeh berusaha agar Bilal dihukum gantung, sekalipun ada banyak orang dan organisasi meminta dia untuk memaafkan Bilal, termasuk keluarganya sendiri, bahkan ketika anaknya datang dalam mimpi untuk memaafkan Bilal, ia tetap mengeraskan hati, dan tetap pada pendiriannya untuk menghukum gantung Bilal. Hanya ada satu kata bagi Samereh, "Tiada maaf bagi Bilal."
Tanggal 17 April 2014 hukuman tersebut dilaksanakan, dan ketika Bilal berada di tiang gantungan dengan tali yang melilit di leher dan kursi yang menyanggah kakinya akan "ditendang", Samereh naik ke tiang gantungan menampar Bilal dan menyatakan ia memaafkan Bilal, bahkan ayah dari Abdollah Hooseinzadeh yang melepaskan tali yang melingkari leher Bilal. Bilal memeluk Samereh dan berterima kasih kepadanya. Sekalipun Bilal harus menjalani hukuman di penjara sebagai perbuatan dosanya namun setidaknya ia bebas dari hukuman mati (Kompas, 18 April 2014).

Sebagai manusia berdosa setiap kita sebenarnya tengah menghadapi hukuman mati, kita dinyatakan bersalah atas semua perbuatan dosa kita, namun pengorbanan Yesus di atas kayu salib telah membebaskan kita dari hukuman mati, Allah memaafkan kita sekalipun Anak-Nya harus mati. Sekalipun kita harus hidup dalam berbagai macam ujian dan pencobaan di dunia ini, akibat kejatuhan manusia dalam dosa namun kita orang percaya sudah bebas dari "maut". Mari kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah di hari Jumat Agung (18 April 2014) ini atas pengampunan-Nya.

Thursday, 17 April 2014

“Batu Besar Itu Sudah Terguling” (Mark 16:1-8)


“Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.”
Markus 16:3-4

Maria dan teman-temannya datang ke kubur Yesus untuk merempahi dan meminyaki Yesus sebagai bukti mereka mengasihi dan menghormati Yesus. Di tengah perjalanan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapakah yang akan menggulingkan batu yang menutupi kubur Yesus?” Sebagai wanita, mereka tidak memiliki kemampuan untuk menggulingkan batu besar yang menutupi kubur Yesus. Namun ketika mereka tiba di depan kubur Yesus, ternyata batu besar penutup kuburan Yesus sudah terguling. Dan ketika mereka masuk ke dalam kubur, mereka tidak menjumpai Yesus, karena Yesus sudah bangkit dari kematian. Seandainya batu besar itu masih menutupi kuburan Yesus, maka sia-sialah perjalanan mereka karena mereka tidak mungkin menjumpai mayat Yesus. Batu besar menghalangi para wanita yang lemah ini untuk menjumpai Yesus.
Peristiwa ini mengingatkan kepada kita bahwa usaha manusia untuk berjumpa Allah adalah sia-sia. Dengan kata lain manusia tidak akan pernah mencari Allah dan menemukan Allah. Sebagai manusia yang berdosa, manusia akan selalu menghindari dan menjauhi Allah. Manusia dimungkinkan “mencari Allah” hanya untuk memanfaatkan Allah demi kepentingan dirinya sendiri. “Batu besar” menghalangi manusia berdosa untuk berjumpa dengan Allah.

Paskah mengajarkan satu hal yang sangat penting, dimana “batu besar” itu sudah terguling sehingga penghalang antara manusia berdosa dan Allah telah terbuka. Sebagai manusia yang lemah, kita tidak berdaya menggulingkan “batu besar” namun kita harus bersyukur karena Allah sendiri yang menggulingkan “batu besar” tersebut.  Ini mengajarkan bahwa keselamatan merupakan rencana Allah sendiri, namun Allah bukan saja memiliki rencana namun Ia merealisasikannya. Kehadiran Yesus yang bangkit dari kematian membuktikan bahwa manusia memiliki pengharapan untuk berjumpa dengan Allah; “Batu besar penghalang itu sudah terguling.” Selamat Paskah.