“Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum
anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim
ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka”
Lukas 1:15-16
Allah berjanji kepada Zakharia bahwa Elisabet, isterinya akan mengandung
dan melahirkan seorang anak laki-laki (13) namun janji Allah tidak berhenti di
situ, Allah juga berjanji bahwa anaknya kelak akan menjadi besar di hadapan
Allah dan penuh dengan Roh Kudus, dan membuat banyak orang Israel berbalik
kepada Tuhan (16). Rupanya Allah mengabulkan doa-doa Zakharia lebih dari
sekedar menjawab kerinduan Zakharia dan Elisabet melainkan Allah juga
menggenapi janji yang disampaikan-Nya beberapa ratus tahun sebelumnya melalui
nabi Yesaya (Yes. 40:3-4), dimana Allah akan mengutus seseorang yang akan
membuka jalan bagi Mesias, sang Juruselamat. Yohanes, anak Zakharia dan
Elisabet inilah yang ditetapkan Allah untuk menggenapi nubuatan nabi Yesaya
tersebut.
Kisah selanjutnya kita tahu bahwa Allah tidak main-main, Ia menepati
janji-Nya kepada Zakharia dan Elisabet, sekalipun usia keduanya sudah lanjut
dan juga Elisabet mandul namun akhirnya Elisabet mengandung (24) dan setelah
tiba waktunya untuk bersalin, Elisabet melahirkan seorang anak laki-laki (57),
dan diberi nama Yohanes (13) seperti yang diperintahkan Allah kepadanya. Bagi
Allah tidak ada yang mustahil.
Kelahiran Yohanes membuktikan bahwa Allah bekerja selalu tepat waktu dan
sempurna. Allah tidak hanya memperhatikan kepentingan seseorang saja melainkan
kepentingan seluruh umat manusia dan seisi alam semesta. Cara Tuhan berpikir
dan bekerja senantiasa lebih besar dari yang kita bisa bayangkan dan pikirkan. Hal
inilah yang mungkin kurang disadari oleh Zakharia. Ia mungkin tidak pernah
berpikir bahwa Allah melalui keturunannyalah maka bangsa Israel dipersiapkan
hatinya untuk berjumpa dengan sang Mesias.
Sama dengan Zakharia, Elisabet dan Yohanes, bukan satu kebetulan kita
dihadirkan di dunia ini. Apapun peranan, status dan keberadaan kita;
seberapapun harta, kelemahan, kekurangan dan kepandaian yang kita miliki,
tidaklah terlalu penting, karena Allah yang Mahabesar pasti dan sedang bekerja
melalui hidup kita menggenapi rencana-Nya yang agung. Kepada Allah yang seperti
itulah kita menaruh pengharapan yang pasti.