Dan
ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu
Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Lukas
7:13
Satu kali saya menghadiri kebaktian penghiburan bagi seorang pemudi yang
mana mengalami satu dukacita yang luar biasa. Saya katakan luar biasa karena
papa, mama dan kedua adiknya, mengalami kecelakaan dan meninggal pada waktu
bersamaan. Ketika saya tiba di tempat kebaktian, saya melihat pemudi ini duduk
tepat di sebelah empat peti mati dari orang-orang yang sangat ia cintai. Pemudi
ini hanya ditemani oleh teman dekatnya yang duduk di sampingnya. Saya datang
dan menghampirinya, dari dekat saya melihat ada dukacita yang sangat dalam dari
pandangan wajahnya. Saya tidak dapat berkata-kata sedikitpun, saya duduk di
sampingnya dan turut merasakan dukacitanya.
Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang malapetaka yang
dihadapi Ayub, mereka berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa kepada Ayub. Memperhatikan
Ayub yang begitu menderita, ketiga sahabat Ayub mengoyakan jubahnya, menaburkan
debu di kepala dan menangis dengan suara nyaring tanda dukacita yang dalam. Mereka
tidak berkata-kata selama tujuh hari tujuh malam. Yang mencolok dari perilaku
sahabat-sahabat Ayub, ialah keibaan yang penuh keprihatinan yang terwujud dalam
kehadiran mereka kendati tanpa bicara. Dengan berdiam diri mereka telah
menyatakan sesuatu lebih dari apa yang dapat diungkapkan dengan kata-kata,
karena tidak ada yang dapat dikatakan.
Dimanakah Allah ketika Ayub berdukacita? Sesungguhnya Allah hadir bersama
dengan Ayub, hati-Nya penuh dengan belas kasihan dan dukacita atas semua
malapetaka yang dialami Ayub. Sekalipun Allah berdiam diri dan tidak
berkata-kata sepatah katapun, namun Ia hadir dan turut merasakan semua
penderitaan yang Ayub alami.
Seringkali kita mempertanyakan dimana Allah pada saat kita dihadapkan
dengan situasi yang sulit. Hendaklah kita percaya bahwa Allah bukan saja ada di
sorga, Ia juga hadir pada waktu yang bersamaan bersama kita. Sekalipun sepertinya
Allah berdiam diri, namun Ia ada dan hadir menemani kita. Sama seperti Yesus
yang tergerak hati-Nya berbelas kasihan kepada janda di Nain (Luk. 7:12-13),
Yesus juga berbelas kasihan pada saat kita mengalami kesedihan, ujian maupun
pencobaan. Hendaklah kita kuat di dalam Tuhan, karena Yesus senantiasa tidak
pernah meninggalkan kita sendirian. Amin.