Sunday, 6 October 2013

KUAT DI DALAM TUHAN - 3 (Ayub 1-2)



Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Lukas 7:13
Satu kali saya menghadiri kebaktian penghiburan bagi seorang pemudi yang mana mengalami satu dukacita yang luar biasa. Saya katakan luar biasa karena papa, mama dan kedua adiknya, mengalami kecelakaan dan meninggal pada waktu bersamaan. Ketika saya tiba di tempat kebaktian, saya melihat pemudi ini duduk tepat di sebelah empat peti mati dari orang-orang yang sangat ia cintai. Pemudi ini hanya ditemani oleh teman dekatnya yang duduk di sampingnya. Saya datang dan menghampirinya, dari dekat saya melihat ada dukacita yang sangat dalam dari pandangan wajahnya. Saya tidak dapat berkata-kata sedikitpun, saya duduk di sampingnya dan turut merasakan dukacitanya.
Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang malapetaka yang dihadapi Ayub, mereka berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa kepada Ayub. Memperhatikan Ayub yang begitu menderita, ketiga sahabat Ayub mengoyakan jubahnya, menaburkan debu di kepala dan menangis dengan suara nyaring tanda dukacita yang dalam. Mereka tidak berkata-kata selama tujuh hari tujuh malam. Yang mencolok dari perilaku sahabat-sahabat Ayub, ialah keibaan yang penuh keprihatinan yang terwujud dalam kehadiran mereka kendati tanpa bicara. Dengan berdiam diri mereka telah menyatakan sesuatu lebih dari apa yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena tidak ada yang dapat dikatakan.
Dimanakah Allah ketika Ayub berdukacita? Sesungguhnya Allah hadir bersama dengan Ayub, hati-Nya penuh dengan belas kasihan dan dukacita atas semua malapetaka yang dialami Ayub. Sekalipun Allah berdiam diri dan tidak berkata-kata sepatah katapun, namun Ia hadir dan turut merasakan semua penderitaan yang Ayub alami.
Seringkali kita mempertanyakan dimana Allah pada saat kita dihadapkan dengan situasi yang sulit. Hendaklah kita percaya bahwa Allah bukan saja ada di sorga, Ia juga hadir pada waktu yang bersamaan bersama kita. Sekalipun sepertinya Allah berdiam diri, namun Ia ada dan hadir menemani kita. Sama seperti Yesus yang tergerak hati-Nya berbelas kasihan kepada janda di Nain (Luk. 7:12-13), Yesus juga berbelas kasihan pada saat kita mengalami kesedihan, ujian maupun pencobaan. Hendaklah kita kuat di dalam Tuhan, karena Yesus senantiasa tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Amin.