“Kasihanilah
aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku
menurut rahmat-Mu yang besar!"
(Maz.
51:1).
Natan menjumpai Daud dan bercerita bahwa
ada dua orang di kotanya. Si kaya dan si miskin. Si kaya mempunyai banyak
kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari
seekor anak domba betina kecil, yang dibeli dan dipeliharanya hingga besar. Si
miskin begitu mengasihi domba betinanya, bahkan sudah dianggap seperti anaknya
sendiri. Satu kali si kaya kedatangan tamu, dan ia merasa sayang untuk
mengambil salah satu kambing dombanya dan memasak bagi tamunya, lalu ia
mengambil domba si miskin dan memasaknya untuk dihidangkan bagi tamunya.
Ketika Daud mendengar kisah ini maka ia
menjadi sangat marah kepada si kaya dan ia perintahkan untuk membunuh si kaya.
Alasan Daud adalah karena si kaya tidak mengenal belas kasihan. Akhirnya Daud tahu bahwa kisah tersebut sebenarnya
adalah apa yang ia lakukan terhadap Uria. Daud tidak memiliki belas kasihan, ia membunuh Uria demi
untuk mendapatkan isterinya. Natan mengatakan bahwa Daud berdosa dan Allah akan menjatuhkan hukuman-Nya (2 Sam. 12:1-13).
Daud melakukan dosa yang sangat besar, namun ia tahu bagaimana menyelesaikan dosanya. Daud datang dengan segala
kerendahan hati dan berteriak, “Kasihanilah
Aku, ya Allah,” ia meminta belas
kasihan Allah untuk mengampuni dosa-dosanya.
Daud sadar bahwa dosa merupakan satu
hal yang sangat serius di hadapan Allah. Kematian Yesus di atas kayu salib
membuktikan bahwa Allah serius dan sungguh-sungguh menyelesaikan dosa-dosa
manusia.
Apakah dosa?
Apakah akibat dosa? Jika Allah
mengasihi mengapa Allah menghukum perbuatan dosa? Mengapa Allah harus menjadi
manusia dan mati di atas kayu salib? Semua ini akan kita pelajari melalui
khotbah seri Paskah yang akan dimulai minggu depan. Berdoalah agar Roh Kudus
memberikan pencerahan, sehingga kita lebih memahami arti pengorbanan Yesus di
atas kayu salib dan kuasa kebangkitan-Nya.