“Ia rebah
ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus,
Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau,
Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.””
Kis. 9:4-5
Nama Saulus muncul ketika Stefanus dibunuh dengan cara dirajam batu.
Saulus hadir sebagai saksi. Nama Saulus dimunculkan bukan hanya sebagai saksi saja
melainkan juga ia menyetujui pembunuhan tersebut (8:1a). Setelah peristiwa itulah
penganiayaan orang Kristen terjadi bukan saja terhadap para rasul namun juga
dialami oleh para jemaat di Yerusalem. Sejak itu orang Kristen mulai tersebar
ke seluruh Yudea dan Samaria (8:1b), dan justru dengan kejadian maka Injil
diberitakan sesuai dengan perintah Yesus (Kis. 1:8, 8:4; Mat. 28:19-20). Tidak
berlebihan jika Saulus berusaha menghentikan pemberitaan Injil dengan menangkap
dan membinasakan orang Kristen (8:3, 9:1, 26:9-11).
Nama Saulus (Ibrani) memiliki arti berkuasa atau nama “besar”. Sesuai
dengan namanya, Saulus adalah seorang yang terpandang. Semua orang yang
mengenalnya mengakui bahwa ia adalah seorang yang genius, memiliki pengetahuan
yang sangat tinggi, seorang pengusaha, ilmuwan, sekaligus agamawan yang taat
kepada Hukum Taurat. Saulus seorang yang memiliki kuasa dan kedudukan tinggi
dikalangan tokoh-tokoh agama maupun kalangan orang-orang Farisi. Tidak
berlebihan kalau ia bangga dengan dirinya.
Namun ketika Saulus bertobat maka namanya diubah menjadi Paulus (Yunani)
yang artinya “kecil” atau tidak berarti. Perjumpaan dengan Yesus dalam
perjalanannya ke Damsyik mengubah segalanya. Saulus menyadari bahwa dirinya
adalah kecil dan hina di hadapan Allah. Perjumpaannya dengan Yesus membuka
matanya betapa besarnya Allah dan betapa kecil dirinya di hadapan Allah; betapa
berartinya Allah dan betapa tidak berarti dirinya. Peristiwa ini mengubah cara
Saulus memandang siapa dirinya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Yesus menjumpai kita dalam perjalanan ke “Damsyik” agar kita menyadari
dan mengenal betapa besarnya Allah dan betapa kecilnya kita di hadapan Allah.
Kita dipanggil dan diselamatkan agar kita memberitakan tentang Allah, bukan
memberitakan kehebatan diri kita; bangga dengan Allah bukan membanggakan diri dan
untuk menjalankan kehendak Allah bukan menjalankan kehendak kita. Amin.
No comments:
Post a Comment