Bacaan Alkitab: Filipi 1:20-24
20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik;24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Kehidupan manusia di dunia saat ini sedang
dipenuhi oleh orang-orang yang di “penjara” oleh rasa malu. Mereka malu:
1.
Karena miskin
2.
Karena tidak cantik atau ganteng
3.
Karena sakit
4.
Karena tidak sukses
5.
Karena tidak sempurna (gemuk, kurus, tinggi,
pendek, hitam, sipit)
Dan
rasa malu lainnya.
Sudah
seharusnya sebagai orang Kristen kita tidak seharusnya malu dengan kenyataan
hidup yang kita miliki, karena hidup ini jauh lebih penting daripada sekedar
memiliki kekayaan, kesehatan, cantik, ganteng dan awet muda. Satu kali Dietrich
Bonhoeffer di dalam penjara menuliskan khotbah bagi keponakannya yang akan
menikah. Ia mengatakan bahwa pernikahan lebih dari sekedar keadaan saling
mencintai. Pernikahan lebih dari sekedar mengejar kebahagiaan bersama antara
suami dan isteri. Pernikahan adalah satu status atau kedudukan yang diberikan
dan dipercayakan Tuhan kepada orang-orang yang menikah (Larry Christenson – The
Christian Family).
Menurut
saya perkataan Dietrich B., merupakan satu kebenaran, bahwa kehidupan lebih
dari sekedar kepuasan pribadi, sebaliknya kehidupan merupakan satu status atau
kedudukan yang diberikan Allah demi kepentingan Allah. Mengapa ada banyak orang
yang sekarang sekalipun ada di luar penjara namun kehidupan senantiasa ada di
dalam “penjara”, karena mereka tidak memahami arti dan tujuan hidup yang Allah
berikan.
Sebaliknya
Paulus yang justru ada di dalam penjara ia hidup di luar “penjara”. Ia bebas
dan tidak merasa malu dengan keberadaannya yang disamakan dengan para penjahat.
Paulus di penjara secara fisik tapi “kehidupannya” bebas. Mengapa demikian?
Karena Paulus tahu akan misi dan visi di dalam hidupnya. Ia tahu bahwa hidup
lebih dari sekedar memiliki kekayaan, kesehatan, dan hal-hal yang bersifat
jasmani lainnya. Kehidupan yang ia miliki adalah satu kesempatan yang harus
dijalani untuk menggenapi panggilannya sebagai orang Kristen.
Saudara melalui uraian firman Tuhan
ini, kita bisa melihat bahwa apa yang dialami oleh Paulus merupakan satu
perisitwa yang sangat serius. Ini adalah urusan hidup dan mati. Kita bisa
melihat bahwa Paulus sangat terdesak dan sangat menderita. Perkataan Paulus di
ayat 23, yang mengatakan: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam
bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik;’, merupakan satu
bukti bahwa sebenarnya Paulus sudah tidak ingin hidup lagi. Sepertinya jika
boleh memilih Paulus sudah tidak ingin hidup di dunia ini, saking menderitanya.
Namun kita harus memperhatikan
perkataan Paulus selanjutnya di ayat 24, yang mengatakan bahwa lebih perlu untuk
tinggal di dunia ini demi kepentingan jemaatnya. Menurut saya perkataan ini
merupakan perkataan yang menunjukan sifat dan karakter Yesus. Bagaimana Paulus
sungguh-sungguh memanfaatkan kehidupan yang diberikan oleh Tuhannya. Paulus
sadar bahwa ia hidup bukan untuk mementingkan kepuasan dirinya sendiri. Ia ada di
dunia untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Paulus menyadari bahwa ia tidak bisa
mengatur hidup dan matinya, semua itu tergantung kepada Tuhan si Pemberi hidup,
yang ia bisa lakukan adalah bagaimana menjalani kehdupan yang Tuhan percayakan
kepadanya.
Sebelumnya di ayat 22, ia mengatakan
bahwa jika ia harus hidup di dunia ini dan tidak ada pilihan lainnya maka
kehidupannya adalah untuk bekerja dan memberikan buah. Kehidupan yang memberi
arti bagi sesamanya.
Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah
ada hal-hal yang “memenjarakan” kita, entah itu masalah kekayaan, kehormatan,
ketidak-sempurnaan secara fisik atau hal-hal lainnya? Mari kita belajar dari
Paulus untuk ke luar dari “penjara” tersebut dengan membawa kehidupan ini untuk
lebih berarti bagi sesama kita. Isteri, suami, anak-anak dan temen-temen kita
memerlukan keberadaan kita.
Seringkali kita mendengar kehidupan
orang Kristen adalah kehidupan untuk memuliakan Tuhan, bagaimana hal ini
digenapi? Salah satu yang Paulus ajarkan adalah dengan menghasilkan buah. Tidak
ada seorangpun yang tahu berapa lama lagi kita diberikan kesempatan untuk hidup
di dunia ini, hanya Tuhan yang tahu. Namun satu hal yang kita tahu bahwa kalau Tuhan
masih memberikan kehidupan sampai saat ini, inilah waktunya hidup kita menghasilkan
buah. Amin.
No comments:
Post a Comment