Thursday, 1 March 2012

BEBAS DARI PENJARA


Bacaan Alkitab: Filipi 1:20-24
20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik;24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

Kehidupan manusia di dunia saat ini sedang dipenuhi oleh orang-orang yang di “penjara” oleh rasa malu. Mereka malu:
1.   Karena miskin
2.   Karena tidak cantik atau ganteng
3.   Karena sakit
4.   Karena tidak sukses
5.   Karena tidak sempurna (gemuk, kurus, tinggi, pendek, hitam, sipit)
Dan rasa malu lainnya.

Sudah seharusnya sebagai orang Kristen kita tidak seharusnya malu dengan kenyataan hidup yang kita miliki, karena hidup ini jauh lebih penting daripada sekedar memiliki kekayaan, kesehatan, cantik, ganteng dan awet muda. Satu kali Dietrich Bonhoeffer di dalam penjara menuliskan khotbah bagi keponakannya yang akan menikah. Ia mengatakan bahwa pernikahan lebih dari sekedar keadaan saling mencintai. Pernikahan lebih dari sekedar mengejar kebahagiaan bersama antara suami dan isteri. Pernikahan adalah satu status atau kedudukan yang diberikan dan dipercayakan Tuhan kepada orang-orang yang menikah (Larry Christenson – The Christian Family).

Menurut saya perkataan Dietrich B., merupakan satu kebenaran, bahwa kehidupan lebih dari sekedar kepuasan pribadi, sebaliknya kehidupan merupakan satu status atau kedudukan yang diberikan Allah demi kepentingan Allah. Mengapa ada banyak orang yang sekarang sekalipun ada di luar penjara namun kehidupan senantiasa ada di dalam “penjara”, karena mereka tidak memahami arti dan tujuan hidup yang Allah berikan.

Sebaliknya Paulus yang justru ada di dalam penjara ia hidup di luar “penjara”. Ia bebas dan tidak merasa malu dengan keberadaannya yang disamakan dengan para penjahat. Paulus di penjara secara fisik tapi “kehidupannya” bebas. Mengapa demikian? Karena Paulus tahu akan misi dan visi di dalam hidupnya. Ia tahu bahwa hidup lebih dari sekedar memiliki kekayaan, kesehatan, dan hal-hal yang bersifat jasmani lainnya. Kehidupan yang ia miliki adalah satu kesempatan yang harus dijalani untuk menggenapi panggilannya sebagai orang Kristen.

Saudara melalui uraian firman Tuhan ini, kita bisa melihat bahwa apa yang dialami oleh Paulus merupakan satu perisitwa yang sangat serius. Ini adalah urusan hidup dan mati. Kita bisa melihat bahwa Paulus sangat terdesak dan sangat menderita. Perkataan Paulus di ayat 23, yang mengatakan: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik;’, merupakan satu bukti bahwa sebenarnya Paulus sudah tidak ingin hidup lagi. Sepertinya jika boleh memilih Paulus sudah tidak ingin hidup di dunia ini, saking menderitanya.

Namun kita harus memperhatikan perkataan Paulus selanjutnya di ayat 24, yang mengatakan bahwa lebih perlu untuk tinggal di dunia ini demi kepentingan jemaatnya. Menurut saya perkataan ini merupakan perkataan yang menunjukan sifat dan karakter Yesus. Bagaimana Paulus sungguh-sungguh memanfaatkan kehidupan yang diberikan oleh Tuhannya. Paulus sadar bahwa ia hidup bukan untuk mementingkan kepuasan dirinya sendiri. Ia ada di dunia untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Paulus menyadari bahwa ia tidak bisa mengatur hidup dan matinya, semua itu tergantung kepada Tuhan si Pemberi hidup, yang ia bisa lakukan adalah bagaimana menjalani kehdupan yang Tuhan percayakan kepadanya.
Sebelumnya di ayat 22, ia mengatakan bahwa jika ia harus hidup di dunia ini dan tidak ada pilihan lainnya maka kehidupannya adalah untuk bekerja dan memberikan buah. Kehidupan yang memberi arti bagi sesamanya.  

Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah ada hal-hal yang “memenjarakan” kita, entah itu masalah kekayaan, kehormatan, ketidak-sempurnaan secara fisik atau hal-hal lainnya? Mari kita belajar dari Paulus untuk ke luar dari “penjara” tersebut dengan membawa kehidupan ini untuk lebih berarti bagi sesama kita. Isteri, suami, anak-anak dan temen-temen kita memerlukan keberadaan kita.

Seringkali kita mendengar kehidupan orang Kristen adalah kehidupan untuk memuliakan Tuhan, bagaimana hal ini digenapi? Salah satu yang Paulus ajarkan adalah dengan menghasilkan buah. Tidak ada seorangpun yang tahu berapa lama lagi kita diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini, hanya Tuhan yang tahu. Namun satu hal yang kita tahu bahwa kalau Tuhan masih memberikan kehidupan sampai saat ini, inilah waktunya hidup kita menghasilkan buah. Amin.





No comments:

Post a Comment