Tuesday, 23 April 2013

Tragedi di Yerusalem vs Tragedy di Boston (Kis. 4:32-37)



“Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.”
Kis. 4:32

Tanggal 15 April 2013 dunia dikejutkan dengan ledakan bom di tengah-tengah acara Boston Marathon. Dua bersaudara yaitu Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev sebagai tersangka utama dapat diketahui dan ditangkap dalam waktu kurang dari satu minggu. Dengan didasari rasa marah dan rasa takut  akan peristiwa ini terulang kembali, serta demi hukum yang ditegakan seadil-adilnya maka masyarakat setempat, FBI, tentara, dan kepolisian bahu membahu sehati dan sejiwa berusaha menangkap pelaku secepatnya. Melalui kerja sama ini maka kita bisa melihat kasus ini bisa diungkap dengan begitu cepat.
Kis. 4:32-37, mengajarkan hal yang sama, pada saat jemaat mula-mula diperhadapkan dengan masalah, khususnya masalah kebutuhan mereka sehari-hari, maka mereka saling tolong menolong satu dengan yang lainnya. Yang kuat menolong yang lemah dan yang kaya menolong yang miskin. Hanya saja yang mendasari jemaat mula-mula melakukan semua ini berbeda dengan tragedi di Boston. Jika di Boston mereka saling membantu satu dengan yang lainnya karena didasarkan pada rasa marah, rasa takut serta demi ditegakkannya keadilan maka dalam jemaat mula-mula mereka melakukannya karena didasari oleh anugerah yang telah mereka terima dari Allah.
Jemaat mula-mula tahu bahwa mereka diselamatkan oleh karena anugerah Allah; mereka menolak dan membunuh Yesus namun justru Allah mengampuni dan menyelamatkan mereka. Sama seperti Yesus yang tidak mementingkan diri-Nya sendiri namun mengorbankan diri-Nya karena mengasihi manusia berdosa maka jemaat mula-mula melakukan hal yang sama dengan Yesus, yaitu tidak lagi mementingkan diri sendiri saja melainkan juga mementingkan kepentingan sesama dengan membagikan kasih.
Sudah seharusnya jemaat yang tergabung dalam gereja saling memperhatikan dan mengasihi, sehingga menjadi teladan bagi orang-orang belum percaya. Ini saatnya kita mengembalikan citra kasih di dalam gereja dengan demikian maka Injil diberitakan melalui perbuatan kasih.

No comments:

Post a Comment